Sabtu, 13 Mei 2017

Tanpa bantal dan selimut di negeri Jiran

Flash back sebentar di masa-masa pertama kuliah di Malaysia.
Aku bahkan tidak mengenal satu orang-pun dikampus ini.
Tapi aku punya modal berani,
Sebulan pertama aku memang tinggal diasrama karna itu pilihan paling aman dan sangat susah mencari rumah sewa disekitar kampus dan belum ada yang aku kenali.
Sebelum berangkat, aku sudah siap-siap bertanya apa saja peralatan yang perlu aku bawa untuk tinggal diasrama, pihak kampus yang aku hubungi hanya menjawab bawa keperluan biasa kaya tinggal diasrama.
Dengan kata-kata itu aku mulai berpedoman dengan biaya asrama kala itu RM 500 (Rp.1.600.000) sebulan. Bahkan aku membayangkan kamar ber-AC.
Sampai di Malaysia, aku dijemput pihak kampus dan langsung diantar ke asrama. Ternyata asrama nya seperti apartemen. Rumah dengan 3 kamar tidur dan 3 kamar mandi. Khusus untuk mahasiswa Internasional mereka menyediakan satu kamar untuk satu orang, sedangkan untuk mahasiswa lokal mereka menyediakan satu kamar untuk 2-3 orang.
Namun ternyata asrama tidak seperti yang ada dipikiranku. Aku hanya melihat tempat tidur dengan kasur, lemari dan meja belajar yang ada didalam kamar. Kemudian aku membujuk diriku untuk berpikir positif, mungkin mereka menaruh bantal, seprei, selimut dan setrika didalam lemari. Nihil! Didalam lemari bahkan tidak ada apa-apa.
Kemudian aku kembali membujuk diriku, tenang, mungkin mereka lupa menaruh bantal, masih ada bantal boneka untuk tidur malam ini.
2 minggu aku tidur menggunakan bantal boneka dan kain pantai dengan cuaca yang cukup dingin. Akhirnya aku bertanya kepada pihak kampus, kenapa tidak ada bantal, dan pihak kampus dengan santai menjawab, asrama kita memang tidak menyediakan bantal. Aku tidak tau wajar atau tidak untuk gondok dalam hati. Tidak mungkin aku membawa batal dari Indonesia, kan?
Pada akhirnya memang klinik kampus meminjamkanku bantal dan juga selimut.
Kesal, kenapa dengan biaya segitu namun fasilitas begitu.

*bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar